Ingatkah bahwa kau pernah bilang
padaku untuk tak pernah letih menghadapi hidup ini, apapun yang kaulakukan
jangan pernah berhenti ditengah jalan ya nak, kami akan membantumu sampai kau
benar-benar sudah mampu berjalan sendiri..
Ibu...
Umurku sudah hampir menginjak 20
tahun, tapi apa yang selalu aku lakukan untukmu? Aku selalu menyusahkanmu, aku selalu
menuntutmu, aku selalu memintamu menyiapkan semua kebutuhanku, bahkan aku
selalu membuatmu letih disetiap hari-harimu...
Ibu...
Apa kamu tak lelah dengan semua
kelakuanku? Apa kamu tak pernah mengeluh tentang semua yang aku lakukan
kepadamu? Dari aku kecil hingga sekarang? Apa kamu pernah memikirkan makanan
yang enak hanya untuk dirimu saja? Tak akan membaginya dengan yang lain? Apa
kamu tak memikirkan dirimu akan lelah jika mengurusiku terus? Apa, apa, apakah
kamu pernah memikirkan semua yang kau sukai tak akan kamu dapatkan jika harus
membaginya denganku? Pernahkah terlintas dipikiranmu tentang semua itu ibu?
Ibu...
Aku memang tak banyak mengingat
apa saja yang sudah kau lakukan untukku, tapi aku belajar darimu pada
adik-adikku, kau membesarkannya dengan cintamu, dengan sayangmu, dengan kasih
yang membuatku iri dengan itu, aku yakin, kau pasti memperlakukanku sama
seperti yang kulihat pada adik-adikku.
Ibu...
Aku sadar aku banyak
mengecewakanmu, tapi aku tak pernah tahu jika kau telah ku kecewakan, aku sadar
aku sering membuatmu jengkel dengan semua yang kulakukan, tapi aku tak pernah
menyadari itu, aku terus saja tak memperdulikanmu, aku terus saja
menyusahkanmu, bahkan kau seperti tak terbebani oleh semua kelakuanku.
Ibu...
Mengapa
aku tak bisa menunjukkan semua perasaanku sekarang kepadamu? Karena aku terlalu
lemah untukmu, kau mengajarkanku untuk tak mengenal lelah
Tahukah
aku
sungguh menyayangimu ibu, tak rela jika dirimu selalu lelah mengurusi semua
kebutuhan dirumah, dan aku selalu merintih melihatmu kala tidur, wajahmu begitu
tulus, hingga aku tak pernah menyadari dirimu semakin menua kala kuamati
wajahmu, tak pernah terpikirkanjika suatu saat nanti kau pasti akan
meninggalkanku, meninggalkan semua yang amat mencintaimu.
Ibu...
Ketika
aku beranjak remaja hingga sekarang, aku mulai bisa membagi sedikit bebanmu
padaku, aku lakukan yang kau perintahkan, walaupun terkadang aku sedang tak
ingin diganggu, tapi aku lebih memilih memprioritaskanmu. Aku ingat dulu aku
sering bertengkar dengamu, hal-hal yang seharusnya tak perlu dilakukan, entah
apa yang membuatku begitu mudahnya mengambil keputusan untuk bertengkar
dengamu, hingga kita tak mau bertegur sapa, ingatkah? Dan akupun memberanikan
diri menegurmu, dan kitapun kembali seperti biasanya, seperti tak mengenal
kejadian itu. Aaahhh aku sungguh menyayangimu ibu..
Ibu...
Aku ingat
saat-saat ketika aku memberi hadiah pertamaku untukmu, sebuah jilbab berwarna
biru dihari ulangtahunmu, dan hebatnya kau ternyata sudah bisa menebak hadiah
itu, aku tersipu malu dibuatnya, dan kau-pun mencoba hadiah dariku, tahukah,
kau sungguh cantik ibu, kau membuatku bangga memilikimu.
Ibu...
Tahukah,
sejak saat itu aku mulai belajar untuk terus membahagiakanmu, belajar untuk tek
ingin mengecawakanmu, belajar untuk terus mempertahankan senyumanmu agar tetap
bisa kulihat.
Dan
akupun mulai merutinitaskan kegiatan itu, yaa memberikamu hadiah-hadiah kecil
dihari istimewa seperti contohnya, dan akupun sudah memikirkannya sejak
jauh-jauh waktu sebelumnya, sampai tabunganku untukmu tercukupi.
Ibu...
Tahukah
berapa banyak airmata yang ku keluarkan ketika menulis tulisan ini, mungkin tak
sebanyak perihnya semua pengorbananmu untukku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar