Judul
Buku : Negeri 5 Menara
Penulis : A.
Fuadi
Penerbit : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Alif Fikri yang
berasal dari Maninjau, Bukit tinggi, adalah seorang anak desa yang sangat
pintar. Ia dan teman baiknya, Randai, memiliki mimpi yang sama masuk ke SMA dan melanjutkan studi di ITB,
universitas bergengsi itu. Selama ini mereka bersekolah di madrasah atau
sekolah agama Islam. Mereka merasa sudah cukup menerima ajaran Islam dan ingin
menikmati masa remaja mereka seperti anak-anak remaja lainnya di SMA. Alif
mendapat nilai tertinggi di sekolahnya yang membuatnya merasa akan lebih
terbuka kesempatan untuk Amak (Ibu) memperbolehkannya masuk sekolah biasa,
bukan madrasah lagi. Namun Amak menghapus mimpinya masuk SMA. “Beberapa orang
tua menyekolahkan anaknya ke sekolah agama karena tidak cukup uang untuk masuk ke
SMP atau SMA. Lebih banyak lagi yang memasukkan anaknya ke sekolah agama karena
nilainya tidak cukup. Bagaimana kualitas para buya, ustad, dan dai tamatan
madrasah kita nanti? Bagaimana nasib Islam nanti? Waang punya potensi yang
tinggi. Amak berharap Waang menjadi pemimpin agama yang mampu membina umatnya,”
kata Amak yang membuat harapan anaknya masuk SMA pupus.
Dengan membaca
pembuka novel tersebut, dapat dengan mudah kita menerka nuansa apa yang akan
kita rasakan sampai pada selesainya novel ini. Ya, nuansa Islam. Pembukaan ini
merupakan pembukaan yang baik di mana pembaca dapat berharap banyak dan
berimajinasi akan jadi apa Alif ini. Pemimpin negara? Atau pemimpin besar
agama? Sayangnya sampai akhir, penulis kurang mampu memperlihatkan dinamika
dalam cerita. Klimaks cerita kurang menonjol sehingga pembaca merasa dinamika
cerita sedikit datar. Setelah selesai membaca, pembaca akan merasa cerita belum
selesai setuntas-tuntasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena penulis
mendasarkan ceritanya pada kisah nyata dan tidak ingin melebih-lebihkannya.
Mungkin akan lebih baik jika penulis membuat konflik-konflik yang lebih tegang
atau menuliskan ending yang lebih memukau pembaca.
Gaya bahasa yang
digunakan dalam novel ini sangat menarik. Ringan, deskriptif, dan mengalir
serta mampu memperkaya kosakata dan wawasan berbagai macam bahasa daerah. Di
dalam novel ini terdapat bahasa daerah Maninjau, Medan, Sunda, dan Arab. Tidak
tertinggal catatan kaki di bagian bawah yang menjelaskan arti dari kata
tersebut. Ungkapan-ungkapan dan peribahasa juga terdapat dalam penulisannya,
seperti “man jadda wajada” yang paling sering dicantumkan. “Siapa yang
bersungguh-sungguh pasti berhasil.” Ungkapan-ungkapan seperti ini sangat
penting dalam sebuah novel karena mampu memberikan semacam trade mark yang
membuat novel ini lebih terkenang di hati pembaca.
Novel ini
menceritakan berbagai kisah sederhana kehidupan di Pondok Madani, pesantren
modern yang akhirnya menampung Alif di dalamnya. Suka, duka, persahabatan, dan
pengajaran-pengajaran PM yang sederhana namun mengena. PM berbeda dengan
sekolah agama lainnya karena di sini para murid dilatih untuk menjadi
intelektual dan mampu menganalisa berbagai ilmu dari sudut pandang Islam.
Sehari-harinya mereka wajib menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Jika
melanggar, tidak mungkin tidak terlepas dari hukuman. PM sangat ketat dengan
pengawasan dan kedisiplinannya.
Biarpun masuk karena
terpaksa, namun Alif mulai menyukai kehidupan di pondok. Terlebih lagi, ia
sangat menikmati hidup persahabatannya dengan Sahibul Menara – sebuah sebutan
penghuni PM terhadap Alif dan 5 teman lainnya – yang selalu berkumpul di bawah
menara tertinggi di Pondok Madani. Mereka adalah Said, Baso, Raja, dan Atang.
Persahabatan lekat yang dijalin bersama sangat cukup menjadi penghiburan bagi
Alif. Tapi di satu sisi ada kegelisahan mengetahui teman baiknya – Randai –
sudah masuk SMA terbaik yang pernah mereka idamkan bersama, sudah melewati masa
SMA dengan penuh tawa, dan dengan bahagia berhasil merebut impian mereka tertinggi
masuk universitas di ITB. Pertanyaan “jadi apa aku nanti?” terus terngiang
dalam kepalanya mengingat ijazah PM tidak diakui walaupun sangat diakui di luar
negeri.
Klik Disini untuk Download
Buku Negeri 5 Menara
Password : Ferdinand
Password : Ferdinand
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar