Selasa, 21 Januari 2014

SI KANCIL YANG CERDIK


Pada suatu hari, kancil jalan-jalan ke luar hutan. Ia melewati sebidang tanah ladang mentimun seorang pak tani. Mentimun pak tani sudah siap dipetik panen. Kebetulan si kancil sedang keroncongan kelaparan. Tanpa banyak pikir, ia langsung memetik sebuah mentimun dan memakannya. Ternyata mentimunnya enak. Kancil kemudian memetik sebuah lagi. Namun sayang, ternyata kakinya terkena jerat jebakan yang telah disiapkan pak tani. Si kancil meronta-ronta dan menarik-narik jerat itu. Dengan banyak cara, ia tak berhasil melepaskan diri.
Beberapa saat kemudian, dari kejauhan pak tani mendekat ke arah kancil. Melihat pak tani mendekat, si Kancil lalu berbaring di tanah dan mengakukan badannya. Ia berpura-pura seolah mati. Pak tani kemudian menyentuh tubuh kancil dengan kakinya. Kancil tak bergerak. Pak tani berpikir si kancil sudah mati. Ia pun melepaskan jerat dari kaki si kancil dan melemparkan tubuh kancil ke luar ladang. Begitu tubuhnya menyentuh tanah, dengan cepat kancil langsung melompat dan lari. Ia berhasil menyelamatkan diri.
Melihat kelicikan si Kancil, pak tani pun mengumpat, “Dasar pencuri nakal, kau menipuku!”
Beberapa hari kemudian kancil lagi-lagi kembali pergi ke ladang pak tani. Ia tidak merasa kapok meskipun sudah tertangkap pak tani tempo hari sebelumnya. Kali ini ia ingin mencuri mentimun pak tani dan memakannya lagi. Sambil mengendap-endap, si kancil memasuki ladang dengan hati-hati agar tidak terjerat jebakan pak tani seperti waktu sebelumnya. Dari kejauhan, kancil melihat pak tani berdiri di sudut ladang. Tanpa bergerak dan beranjak. Ketika ia perhatikan dengan saksama, ternyata itu bukan pak tani tetapi orang-orangan sawah. Tanpa rasa takut, kancil pun mendekati orang-orangan sawah bikinan pak tani.
“Hayah, hanya boneka!” kata kancil dengan nada sombong. “Dasar pak tani bodoh, ia mengira aku takut pada orang-orangan sawah ini?”
Kancil menghampiri orang-orangan sawah itu. Dengan tenaga kuat ia pukul keras-keras orang-orang sawah yang terbuat dari susunan jerami itu agar hancur berantakan. “Bug,” bunyi suara hantaman tangan kancil. Entah mengapa setelah menghantam, tangan si kancil justru menempel pada orang-orangan sawah. Ternyata pak tani telah melumuri boneka itu dengan getah karet yang super lengket.
“Lepaskan aku!” kata kancil. Ia meronta-ronta. Kemudian ia dorong orang-orangan sawah itu dengan tangan yang sebelah lagi. Tangan itu pun juga menempel pada orang-orangan sawah. Kancil makin meronta. Ia coba tendang orang-orangan sawah itu dengan kedua kakinya. Malang ternyata nasib si kancil. Bukan berhasil lepas dari ‘cengkeraman’ orang-orangan sawah, justru kedua kakinya menempel kuat pada orang-orangan sawah. Ia sudah tak bisa bergerak-gerak lagi. Ia hanya bisa meronta-ronta. Ia benar-benar terperangkap.
Mendengar suara kancil yang meronta, pak tani pun mendatangi ladang mentimunnya. Dengan tersenyum pak tani merasa senang berhasil memperdayai si kancil pencuri timun.
“Kau baik sekali mau datang lagi,” hardik pak tani sambil tertawa.
Tanpa pikir panjang, pak tani pun segera melepaskan kancil dari orang-orangan sawah dan membawanya pulang. Si kancil kemudian dikurung dalam sebuah kandang ayam kosong di halaman rumah pak tani.
“Kau tunggu di sini aja,” kata pak tani, “Besok, kau akan menjadi makan malamku. Hehehehe.”
Sehari semalam kancil tidak dapat tidur. Seribu kali ia mencari-cari akal untuk bisa melarikan diri. Namun tak satu gagasan pun berhasil muncul di kepalanya. Saat matahari terbit keesokan harinya, si kancil pun berbaring putus asa. Melihat si kancil berada dalam kurungan ayam, anjing penjaga milik tani pun tertawa-tawa mentertawakan nasib si kancil.
“Woalah, Cil. Akhirnya kau berhasil tertangkap juga!” kata anjing penjaga milik pak tani.
“Apa? Apa maksudmu? Pak tani menangkapku? Kata siapa? Pak tani tidak menangkapku.” kata si kancil merasa mulai mendapatkan ide cerdik untuk meloloskan diri.
“Lalu kenapa kau ada di dalam kandang ayam?” tanya si anjing pak tani.
“Owh. Itu bukan apa. Ini karena tidak ada kamar kosong saja di dalam di rumah. Kau tahu tidak, pak tani akan mengadakan pesta makan-makan meriah nanti malam. Dan aku akan menjadi salah satu tamu kehormatannya.” jawab si kancil.
“Apa kau bilang, kau menjadi tamu kehormatan pak tani?” kata anjing. “Aku yang telah bertahun-tahun mengabdi padanya saja belum pernah menjadi tamu kehormatannya. Sedangkan kau hanya pencuri. Akulah seharusnya yang menjadi tamu kehormatannya!” kata anjing terpancing emosi merasa tidak terima dan tidak diperlakukan secara adil oleh pak tani.
“Benar juga,” kata kancil. “Kalau memang begitu, aku bersedia kau gantikan di sini. Jika pak tani melihatmu di sini, kaulah yang akan dijadikan tamu kehormatannya.”
“Yakin, kau tidak keberatan?” tanya anjing.
“Tentu saja tidak. Lain waktu aku bisa menjadi tamu kehormatannya lagi,“ jawab si kancil.
Si anjing pun merasa senang dengan tawaran si kancil. Ia mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada kancil. Selanjutnya, ia buka pintu kandang ayam yang mengurung kancil lalu ia biarkan si kancil keluar. Kemudian ia masuk ke dalam kurungan ayam menggantikan posisi si kancil. Setelah si anjing sudah berada di dalam kandang ayam, kancil langsung lari ke dalam hutan. Ia berhasil menyelematkan diri lagi dari pak tani.
Menjelang sore, pak tani pun bersiap mendatangi kandang ayamnya hendak menyembelih kancil untuk dijadikan makan malamnya. Pak tani kaget saat melihat kandang ayamnya justru berisi anjing miliknya. Sedangkan si kancil yang berhasil ia jebak justru tidak ada. ”Dasar kau anjing bodoh. Kau melepaskan kancil si pencuri mentimunku,” kata pak tani mengumpat kepada anjingnya.
Setelah kejadian itu, kancil sudah tidak lagi mendatangi ladang pak tani. Ia tidak ingin tertangkap lagi untuk yang ketiga kalinya oleh pak tani. Berkat kecerdikannya, kancil berhasil lolos dari tangkapan pak tani. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kasus 12-1 MUSCLE MAX: PELATIH PRIBADI ANDA SENDIRI

Kasus 12-1 MUSCLE MAX: PELATIH PRIBADI ANDA SENDIRI 1.         Masalah apa yang disebutkan dalam kasus diatas? Jawab: Perbedaan harga...