Sejarah Candi Mendut
Candi Mendut merupakan candi Budha yang dididrikan
oleh Raja Indra seorang raja pertama dari trah Dinasti Syailendra pda 824 M,
ini artinya Candi Mendut dibangun lebih awal dari Candi Borobudur yang didirikan oleh Raja
Samaratungga, Wangsa Syailendra pada 850 M.
Candi mendut terletak
di desa Mendut Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, sekitar 8 km sebelum Candi Borobudur. Tinggi Candi Mendut 26,4 meter, menghadap barat daya,
memilki 48 stupa kecil-kecil dan terdapat hiasan relief pada tubuh candi berupa
pohon kalpataru.
Reflief-relief yang terdapat pad dinding candi ini masih jelas terlihat. Relief ini mengandung cerita berupa ajaran moral dngan menggunakan tokoh-tokoh binatang sebagai pemerannya. ntara lain terdapat cerita Brahmana dan Kepiting, Angsa dan kura-kura, Dua Burung Betet dan Dharmabuddhi dan Dustabuddhi.
Reflief-relief yang terdapat pad dinding candi ini masih jelas terlihat. Relief ini mengandung cerita berupa ajaran moral dngan menggunakan tokoh-tokoh binatang sebagai pemerannya. ntara lain terdapat cerita Brahmana dan Kepiting, Angsa dan kura-kura, Dua Burung Betet dan Dharmabuddhi dan Dustabuddhi.
Candi Mendut
merupakan lokasi awal proses ritual Waisak, dengan diikuti pengambilan air suci
dari Umbul Jumprit, Parakan, Temanggung, serta api suci dari merapen,
Grobogan. Puncak upacara Waisak adalah upacara Pradaksina yakni upacara
mengelilingi Candi Borobudur tingkat demi tingkat yang dilaksakan di Candi
Borobudur tepat pada Purnama Sidhi atau bulan purnama pertama di bulan Mei.
Perayaan atau ritual Waisak dapat disaksikan oleh masyarakat luas.
Pada tahun 1834 Candi
Mendut mulai mendapat perhatian meskipun mengalami nasib yang sama dengan
candi-candi lainnya, yaitu dalam kondisi runtuh dan hancur. Hartman, seorang
presiden Kedu saat itu mulai memperhatikan Candi Mendut. Dalam tahun 1897
dilakukan persiapan-persiapan untuk pemugaran. Dari tahun 1901-1907 J.L.A.
Brandes melangkah lebih maju dan berusaha merestorasi Candi Mendut dan kemudian
tahun 1908 dilanjutkan oleh Van Erp meskipun tidak berhasil merekonstruksi
secara lengkap.
J.G. de Casparis
berpendapat bahwa Candi Mendutdibangun untuk memuliakan leluhur-leluhur
Sailendra. Di bilik utama candi ini terdapat 3 buah arca yang menurut para ahli
arca-arca tersebut diidentifikasi sebagai Cakyamuni yang diapit oleh
Bodhisatwa, Lokeswara dan Bajrapani. Dalam kitab Sang Hyang Kamahayanikan
disebutkan bahwa realitas yang tertinggi (advaya) memanifestasikan dirinya
dalam 3 dewa (Jina) yaitu : Cakyamuni, Lokesvara, dan Bajrapani.
Sebagai candi yang
bersifat Budhistist, relief-relief di Candi mendut juga berisi cerita-cerita
ajaran moral yang biasanya berupa cerita-cerita binatang yang bersumber dari
Pancatantra dari India. Cerita tersebut antara lain adalah seekor kura-kura
yang diterbangkan oleh dua ekor angsa dan di bawahnya dilukiskan beberpa anal
gembala yang seolah-olah mengejek kura-kura tersebut. Oleh karena kura-kura
tersebut emosional dalam menanggapi ejekan, maka terlepaslah gigitannya dari
tangkai kayu yang dipegang sehingga terjatuh dan mati. Inti ceritanya adalah
ajaran tentang sifat kesombongan yang akan mencelakakan diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar