Cerita
Rakyat Malin Kundang,
siapa masyarakat Indonesia yang belum mendengar cerita rakyat yang melegenda
itu?? Pasti sudah sangat akrab akan cerita itu. Yup Cerita Rakyat Malin Kundang
sangatlah populer di masyarakat Indonesia. Cerita rakyat yang mengajarkan kita
agar tidak durhaka pada orang tua itu bahkan pernah difilimkan di layar kaca.
Cerita
Rakyat Malin Kundang diangkat dari latar belakang sebuah desa nelayan di
Sumatra Barat tepatnya di Pantai Air Manis, Padang Selatan. Jika sobat
mengunjungi tempat tersebut, pastilah menjumpai sebuah batu yang menyerupai
orang sujud. Nah batu itu yang diyakini sebagai perwujudan Malin Kundang.
Nah pada
kesempatan kali ini, Zona Siswa mencoba menampilkan Cerita
Rakyat Malin Kundang tersebut ke hadapan sobat semua. Semoga bermanfaat. Check
this out!!!
Malin Kundang
Pada suatu
hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra Barat.
Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi
keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi
ke negeri seberang.
Besar harapan
malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang banyak
yang nantinya dapat untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah berbulan-bulan
lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan
Malin Kundang dan ibunya.
Setelah Malin
Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang
dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi
seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan
seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.
Selama berada
di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah
kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun tentang perkapalan
pada teman-temannya yang lebih berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir
dalam hal perkapalan.
Banyak pulau
sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba
kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang
dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan
sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh
para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para
bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di
sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang
terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya
terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan
menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin
Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya
menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa
yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama
kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal
dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi
kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Setelah
beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang
besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu
Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat
indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di
atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin
Kundang beserta istrinya.

maling kundang anak durhaka
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh
ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang
tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang.
“Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. “Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku” kata Malin Kundang pada ibunya.
Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.
“Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang.
“Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin kepada istrinya.
“Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. “Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku” kata Malin Kundang pada ibunya.
Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.
“Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang.
“Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin kepada istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh
anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak
durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya
sambil berkata “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”.
Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
HIKMAH:
Sebagai seorang anak, jangan pernah
melupakan semua jasa orangtua terutama kepada seorang Ibu yang telah mengandung
dan membesarkan anaknya, apalagi jika sampai menjadi seorang anak yang durhaka.
Durhaka kepada orangtua merupakan satu dosa besar yang nantinya akan ditanggung
sendiri oleh anak.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar