Seperti yang kita ketahui, Danau toba adalah danau vulkanik dimana di
tengah-tengah danau ini terdapat sebuah pulau yang disebut Pulau Samosir. Danau Toba merupakan salah satu danau terbesar di Asia Tenggara yang
terletak di Indonesia, tepatnya di Provinsi Sumatera Utara. Dari dulu hingga
sekarang, danau ini menjadi tempat wisata yang menarik baik dalam negeri maupun
luar negeri. Sedangkan untuk mayoritas penduduk di sekitar daerah danau toba
adalah orang batak dengan sumber mata pencaharian sebagai petani, pedagang dan
nelayan. Untuk mengetahui lebih jauh dan jelas tentang awal mula, seluk beluk, sejarah
danau toba, berikut awal mula kutik dari berbagai sumber mengenai sejarah danau
toba dan cerita rakyat awal mula danau toba.

(Sumber : togginghill.wordpress.com)
Sejarah
Danau Toba
Diperkirakan
Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar
73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi
super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan
Technological University memperkirakaan
laut.
Kejadian ini
menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut
beberapa bukti DNA, letusan ini
juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia
bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan
terjadinya zaman
es,
walaupun para ahli masih memperdebatkannya. Setelah letusan tersebut, terbentuk
kaldera yang kemudian
terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan
ke atas oleh magma yang belum
keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
Tim peneliti
multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan
dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan
situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan
dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum
dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang
lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba.
Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.
Selama tujuh
tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di
India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka
tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini
ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan
berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu
dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran
debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal
dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke
Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di
2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga
3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata
penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan
para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.
Legenda Danau Toba
Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang
petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak
luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal
lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih
hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di
sungai. "Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar," gumam
petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya
terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna
kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan
kilatan yang menakjubkan. "Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia
menemanimu jika kau tidak jadi memakanku." Petani tersebut terkejut
mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya
terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi
seorang gadis yang cantik jelita. "Bermimpikah aku?," gumam
petani.
"Jangan takut pak, aku juga manusia seperti
engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari
kutukan Dewata," kata gadis itu. "Namaku Puteri, aku tidak keberatan
untuk menjadi istrimu," kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun
mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang
telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri
dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa
melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. "Dia mungkin bidadari
yang turun dari langit," gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan
tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan
mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan
keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang
iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan
usaha petani. "Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! "
kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri.
Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri
bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia
diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera
tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi
agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya,
yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat
dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya.
Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani
selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. "Ya, aku
akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!" kata Petani kepada
istrinya. "Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang
suami dan ayah yang baik," puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini
dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan
makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera
tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan
haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain
bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. "Anak tidak tau
diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !," umpat si Petani tanpa sadar
telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu
juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan
kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa
Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas
sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau
itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya
dikenal dengan nama Pulau Samosir.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar